Jatiwangi art Factory mengundang untuk menghadiri acara prosesi pembukaan dimulainya program Residensi, “Indonesia Contemporary Ceramics Biennale (ICCB) #5 – Kota Terakota”, pada:
Kamis, 27 Juni 2018
Pukul 11:00 WIB ~ selesai.
di Jebor Hall, Jatiwangi art Factory
Jl. Makmur 71 Jatisura. Jatiwangi. Majalengka. Jawa Barat.
Acara ini akan dibuka oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang juga akan mengisi kegiatan Seminar serta pembukaan Pameran Riset tentang Jatiwangi.
Perhelatan seni keramik kontemporer dua tahunan sebagai salah satu yang terbesar dan konsisten di Asia Tenggara sejak 2009 ini pada mulanya bernama Jakarta Contemporary Ceramics Biennale (JCCB). Pada penyelenggaraannya yang ke-5, kami memutukan untuk mentransformasi JCCB menjadi ICCB (Indonesia Contemporary Ceramics Biennale), dan lebih fokus pada program residensi seniman di berbagai daerah di Indonesia yang dikembangkan menjadi moda utama penyelenggaraan biennale.
Indonesia Contemporary Ceramic Biennale (ICCB) ke-5 kali ini diselenggarakan di Jatiwangi dan mencoba bereksperimentasi dengan gagasan bagaimana wacana seni keramik atau pengolahan tanah yang mahir bereksperimentasi pada persoalan teknik dan bentuk, dapat ditempatkan pada basis produksi keramik di komunitas-komunitas pengolah tanah. Sehingga, seni keramik tidak hanya menemukan konteksnya pada wacana seni rupa, namun juga dapat kembali ke posisinya di tengah masyarakat.
Jatiwangi art Factory yang selama 13 tahun telah konsisten mengupayakan mewujudnya kebudayaan tanah dengan ragam aktivitas artistik dan sosial dengan melibatkan warga Jatiwangi. Salah satunya dengan peristiwa 3 tahunan Festival Musik Keramik, yang pada tahun lalu berhasil melibatkan 11.000 warga Jatiwangi untuk berkomitmen menghidupi kebudayaan tanahnya. Melihat dari konteks geografis, kultural dan material di Jatiwangi; Jatiwangi art factory sebagai kurator dan penyelenggara ICCB ke-5 ini mengusung tema Kota Terrakota.
.
Gagasan tentang Kota Terakota ini berangkat dari pertanyaan; mampukah warga sebuah wilayah, turut menentukan perkembangan dan masa depan tempat tinggalnya dengan bersandar pada tradisi kultural dan material yang sebenarnya telah mereka hidupi bertahun-tahun lamanya. Kota Terakota mencoba mengkaji upaya-upaya tata ruang, desain sirkular dan modular, persoalan ekologis, perekonomian mandiri pada level akar rumput, dan tentunya persoalan ekosistem yang perlu dibangun oleh pemerintah daerah dalam upaya mewujudkan Kota Terakota.