Search

Present is the future from the past

A Contemporary Art Exhibition

May 12th – 26th 2018
Opening 16.00 pm

/ Artists:
> Ali Robin (Bdg)
< Asmujo Jono Irianto (Bdg)
> Ay Tjoe Christine (Bdg)
< Deden Sambas (Bdg)
> Handiwirman Saputra (Jog)
< Irman A. Rahman (Bdg)
> Jumaldi Alfi (Jog)
< M. Irfan (Jog)
> Nurdian Ichsan (Bdg)
< Tisna Sanjaya (Bdg)
> Titarubi (Jog)
< Yunizar (Jog)

/ Curators:
> Loranita Damayanti
< Ika Yuliana

@ Jebor Hall > Jaf Gallery

Jatiwangi art Factory
Jl. Makmur 71. Jatisura. Jatiwangi. Majalengka.
Jawa Barat. 45454. Indonesia. > jafhome.org


Ruangan persegi bercat putih itu bernama galeri. Tak besar, juga tak banyak sekat-sekat sehingga yang datang pun saling dekat. Di sanalah dulu karya-karya seni rupa dipamerkan di Jatiwangi. Sederhana namun hangat.

Tahun 2008, pameran seni rupa berjudul “Menemukan Kembali Tanah Yang Hilang” digelar di galeri bercat putih itu. Mengundang seniman-seniman besar yang juga kerabat dekat. Bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak tetangga bergerombol datang untuk melihat. Yang dari tetangga kecamatan, beramai-ramai menuju galeri menaiki mobil truk. Kemudian menyambangi halaman untuk bincang-bincang dengan para seniman atau ‘artist talk’. Ini adalah pengalaman visual yang baru bagi warga Jatiwangi.

Pernah sekali waktu karya seni rupa kontemporer dari seniman- seniman yang cukup berpengaruh di Indonesia dipajang di rumah warga. “Kediaman yang Tak Ingin Tinggal Diam” judul pamerannya. Dibuat dalam rangka merayakan 8 tahun Jatiwangi Art Factory. Sejumlah karya senirupa; lukisan, video art, instalasi, patung dari para seniman tersebut kemudian dijodohkan dan dipajang di rumah warga yang tidak mereka duga sebelumnya; di rumah ketua RT, buruh genteng, pedagang, tukang las, pekerja rumah tangga, dan lainnya. Selain berupaya mendekatkan seni rupa dengan warga sekitar, Jatiwangi Art Factory seperti sedang menggeser-geser dan mengusik esensi antara karya seniman dan warga; apakah pameran untuk mengapresiasi karya, atau warga sebagai audiens-lah yang sedang diapresiasi di dalam pameran.

Beberapa tahun kemudian, pabrik genteng terbengkalai di Jatisura itu berubah menjadi sebuah gedung megah. Yang tadinya tungku pembakaran genteng disulap menjadi bangunan cantik dengan sepasang pintu gerbang yang nantinya bangunan tersebut akan berfungsi sebagai museum. Butuh jerih payah dan dedikasi selama 13 tahun untuk mewujudkan “borobudur” di Jatiwangi. Kemudian pertanyaannya adalah, berapa lamakah waktu yang dibutuhkan warga untuk beradaptasi dengan si gedung baru?

Pameran ini memperkenalkan, menyajikan, sebuah kehadiran baru yang merupakan sebuah hadiah yang datang dari masa lalu. Dengan sengaja mengundang seniman-seniman yang pernah terlibat dalam pameran seni rupa terdahulu, di galeri yang dahulu, dan menjadi saksi hidup perubahan Jatiwangi dalam sekitar satu dekade; Ali Robin (BDG), Asmujo Jono Irianto (BDG), Aytjoe Christine (BDG), Deden Sambas (BDG), Handiwirman Saputra (JOG), Irman A. Rahman (BDG), Jumaldi Alfi (JOG), M. Irfan (JOG), Nurdian Ichsan (BDG), Tisna Sanjaya (BDG), Titarubi (JOG), dan Yunizar (JOG). Karya para seniman, kerabat dari Jatiwangi Art Factory yang selama 13 tahun berperan dalam bertahannya JaF, dipampang di sebuah ruang galeri baru di gedung yang gigantik di Desa Jatisura, yang kini diibaratkan sebagai “pabrik seni Jatiwangi” yang sebenarnya.

Karena kita percaya, hari ini adalah sesuatu yang datang dari masa lalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *